Indonesia dikenal sebagai negara
kepulauan, dimana memiliki lebih dari 17.000 pulau maka tidak heran jika budaya
dan masyarakatnya sangat beragam atau multicultural. Setiap daerah tentunya memiliki
budaya yang berciri khas, dimana budaya adalah jadi diri suatu masyarakatnya.
Dapat juga sebagai simbol dari suatu daerah, misalnya saja kita mengenal tari
Samba tentunya pikiran kita akan tertuju pada negara Brasil. Begitu pula ketika
kita mendengar kata wayang tentu pula kita akan berkata itu milik kita
Indonesia, dan tidak akan rela jika negara lain mengakuinya.Bersyukur bisa
tinggal di daerah Sukoharjo, Jawa Tengah dimana pelestarian budaya masih saya
rasakan. Dimana Pertunjukan wayang dan pelatihan gamelan masih tetap terjaga.
Apalagi sekarang di Institut Seni di Jogjakarta maupun Surakarta masih ada
jurusan gamelan dan wayang, serta karya seni daerah lainnya.
Dan ternyata sudah pada tahun
2013 yang lalu oleh UNESCO wayang sudah dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia
milik Indonesia. Dimana wayang sendiri beberapa tahun yang lalu sempat diakui
oleh negara tetangga, dan kabar baik penduduk dan pemerintah Indonesia segera
bertindak cepat sehingga warisan leluhur kita tidak dicuri negara lain.
Wayang
sendiri berasal dari sebuah kalimat yang berbunyi “Ma Hyan”,yang artinya berjalan menuju yang maha tinggi
(Tuhan, Dewa ataupun Roh ). Sebagian orang berpendapat jika kata wayang berasal
dari bahasa Jawa yang berarti bayangan.Wayang
terbuat dari kulit sapi maupun kulit kerbau dimana kulit itu diproses
dengan cara tertentu, lalu untuk membentuk karakter maupun tonjolan wayang agar
lebih berkarakter maka akan diukir. Cara mengukir ini dinamakan dengan Tatah
Sungging. Wayang akan diukir lalu diberi
warna untuk membedakan antara watak pada wajah wayang yang satu dengan yang
lainnya. Bisa juga untuk membedakan baju diantara para wayang. Dengan adanya
tatah sungging maka watak wayang dapat dibedakan menjadi beberapa kategori ,
antara lain :
1. Berdasarkan posisi kepala :
§
-Dhingkluk
(menunduk) : sabar, bijaksan,dan waspada
§
-Lancap
(menghadap ke depan ): Berani, brangasan(bertindak tanpa berfikir panjang),
siaga, dan waspada.
§-
Mrongos(
kelihatan giginya),mendelik(menyembunyikan muka) : pemarah, brangasan, galak,
dan ugal-ugalan.
2. Berdasarkan jenisnya :
Ø
Satriya :
halus sifatnya, luhur, sabar, suka menolong, siaga,dan bijaksana.
Ø
Buta :
Kasar, sombong, brangasan, ugal-ugalan, dan mudah marah.
Ø
Kethek
(kera) : pecicilan, usil, dan senang membuat onar.
3. Berdasarkan tatah sunggingnya
:
•
Putih,
kuning dan hitam : baik dan suci.
•
Merah
: Berani ,
brangasan( bertindak tanpa berfikir panjang ).
•
Biru
:
penakut.
Di
Indonesia wayang bukan hanya popular di pulau jawa khususnya di jawa tengah dan
Yogyakarta. Dimana di daerah Jawa Tengah kita lebih popular dengan wayang
kulit. Tapi sebenarnya di Indonesia terdapat kesenian wayang, bahkan di China
Pun juga mempunyai kesenian wayang. Tapi wayang kulit hanya ada di Indonesia.
Hampir seluruh Nusantara kita mempunyai wayang contohnya berikut ini :
1. Wayang beber
Wayang beber
merupakan salah satu jenis wayang tertua di Indonesia. Wayang beber tertua
dapat ditemukan di Pacitan, Donorojo, Jawa Timur. Selain dari kisah-kisah
Mahabharata dan Ramayana, wayang beber juga menggunakan kisah-kisah dari cerita
rakyat, seperti kisah asmara Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji.
2. Wayang
kulit
Wayang ini berbentuk pipih dan terbuat dari
kulit kerbau atau sapi. Lengan dan kakinya bisa digerakkan karena diberi kayu
untuk menggerakkan serta diberi benda mirip sekrup agar tangan wayang bisa
digerakkan. Di Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit sering kali menggabungkan
cerita-cerita Hindu,Budha dan Islam. Selain kisah-kisah religius, cerita-cerita
rakyat serta mitos sering digunakan. Dimana kebanyakan wayang kulit mengambil
cerita dari cerita Ramayana dan Mahabarata.
3. Wayang
Klitik (atau Karucil )
Bentuk
wayang ini mirip dengan wayang kulit, namun terbuat dari kayu, bukan kulit.
Mereka juga menggunakan bayangan dalam pertunjukannya. Kata “klitik” berasal
dari suara kayu yang bersentuhan di saat wayang digerakkan atau saat adegan
perkelahian, misalnya. Kisah-kisah yang digunakan dalam drama wayang ini
berasal dari kerajaan-kerajaan Jawa Timur, seperti Kerajaan Jenggala , Kediri,
dan Majapahit. Cerita yang paling populer adalah tentang Damarwulan. Cerita ini
dipenuhi dengan kisah perseturan asmara dan sangat digemari oleh publik.
4. Wayang
golek
Pertunjukan
ini dilakukan menggunakan wayang tiga dimensi yang terbuat dari kayu. Jenis
wayang ini paling populer di Jawa Barat. Ada 2 macam wayang golek, yaitu wayang
golek papak cepak dan wayang golek purwa. Wayang golek yang banyak dikenal
orang adalah wayang golek purwa. Kisah-kisah yang digunakan sering mengacu pada
tradisi Jawa dan Islam, seperti kisah Pangeran Panji, Darmawulan, dan Amir Hamzah,
pamannya Nabi Muhammad A.S. Pertunjukan wayang golek sering kali menyajikan
humor dengan tokoh yang paling terkenal yaitu Cepot. Tentu saja kita sudah
sangat mengenalnya.
5. Wayang
wong
Jenis wayang
ini adalah sebuah drama tari yang menggunakan manusia untuk memerankan
tokoh-tokoh yang didasarkan pada kisah-kisah wayang tradisional. Cerita yang
sering digunakan adalah Samaradahana. Awalnya, wayang wong dipertunjukkan
sebagai hiburan para bangsawan, namun kini menyebar menjadi bentuk kesenian
populer.
Cerita dalam
wayang kulit mengambil dari cerita Ramayana,Mahabarata, pustaka jawa purwa, dan
Purwakanda. Kini juga terdapat buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan
yang selama ratusan tahun telah disukai masyarakat, seperti : Abimanyu kerem,
Doraweca, Suryatmaja maling, dsb.
Setiap
pergelaran wayang menghadirkan kisah dan lakon yang berbeda. Ragam lakon
terbagi menjadi 4 lakon, antara lain : lakon pakem dimana ceritanya semua
mengambil dari perpustakaan jawa,sedangkan lakon carangan mengambil hanya garis
besarnya sajadari perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada
cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai perpustakaan wayang,
sedangkan lakon karangan sepenuhnya lepas dari perpustakaan wayang.
Dikarenakan wayang kulit berasal dari budaya
Hindu khususnya berasal dari India sehingga tidak heran jika sumber pengisahan
mengambil cerita dari dua kitab, tetapi pada zaman Walisongo kisah wayang kulit
sudah dicampur dengan syariat islam tanpa merubah ataupun menghilangkan wayang
itu sendiri, justru sebagai media dakwah para walisongo secara halus sehingga melekat pada masyarakat. Perbedaan antara
kitab Ramayana dan Mahabarata yaitu :
1. Kitab Mahabharata berisi tentang
peperangan antara Pandawa dan Kurawa.
Pertempuran yang disebut Perang Bharatayudha ini Kurawa memperebutkan
kedudukan raja. Peristiwa ini terjadi di kuruksetra (sebelah utara kota Delhi ).
Kitab Mahabarata tersebar luas dikalangan masyarakat kebanyakan di India,
karena Mahabharata dianggap sebagai kitab Regweda yang boleh dibaca oleh
perempuan dan kaum sudra.
2. Kitab Ramayana berisi tentang
petualangan Rama dan istrinya Sinta, serta peperangan antara Rama yang dibantu
Hanoman melawan raja Alengka, yaitu Rahwana. Dimana Shinta terkena tipu daya
Rahwana padahal sudah diperingatkan Rama untuk tidak melanggar pesannya.
Selanjutnya Rama berhasil mengalahkan Rahwana dengan berbagai rintangan. Pada
akhirnya cerita ini berkembang menjadi cerita romantis yang sering difilmkan.
|
Pagelaran Wayang Kulit |
Selama
semalam suntuk seorang dalang dapat mendalang tanpa henti. Dalang bertindak
sebagai guru, atau orang yang paham akan ajaran hidup. Memang pada masa
sekarang pertunjukan wayang lumayan lebih mahal apalagi dengan dalang Ki Anom
Surata tapi pada kenyataannya sekarang wayang masih diminati dan masih tenar
sampai sekarang.Bukan tentang harga tapi tentang bagaiman penonton bisa
menikmati pertunjukan yang bisa bertahan sampai dini hari . Saya sangat kagum
karena mana mungkin ada konser lain yang semisal seperti wayang yang mampu
menyedot penonton banyak sampai dini hari. Apalagi di desa pertunjukan wayang
kulit masih menarik animo masyarakat yang banyak selain dangdut.Biasanya
wayangan diselenggarakan bisa dari perseorangan, dengan dana semua masyarakat
ataupun dari pihak swasta.Wayangan juga biasa diselenggarakan misal dikarenakan
setelah Idhul Fitri untuk syukuran desa, khitanan, pernikahan , serta kegiatan
yang lainnya. Tetapi di kota juga masih banyak pertunjukan wayang walaupun itu
diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun pejabat yang menggelar hajatan. Dalang
bisa menyajikan nasihat, humor, bahkan kejadian yang sedang hangat pada
sekarang ini. Seperti juga dengan film ataupun novel pastinya Wayang juga
mempunyai urutan dari awal sampai akhir, antara lain :
1) Jejer
2) Kedhaton
3) Pasebanjaban
4) Bodholan
5) Jejer Sebrangan
6) Peranggagal
7) Gara-gara
8) Perang Kembang
9) Perang Brubuh
10) Tancep Kayon
Tokoh
–tokoh dalam pewayangan memang sangat banyak, saya sendiri juga tak bisa menghafalnya
dikarenakan jumlahnya yang ratusan. Seorang dalang tentunya sudah diluar kepala
untuk hal itu. Wayang yang tidak dilakonkan biasanya akan dijejer atau
dibariskan di sebuah debog atau batang pisang Biasanya diawali dengan wayang
gunungan. Saat wayang dimainkan wayang akan seperti bayangan hitam diatas putih
dikarenakan ada peran lampu minyak atau tintir sebagai pencahayaan yang
membantu pemantulan wayang yang dimainkan. Saat memainkan lakon seorang dalang
tentunya akan dibantu dengan banyak komponen, diantaranya :
a) Wayang
kulit
Pada umumnya terbuat dari kulit sapi namun ada juga yang
dibuat dari kulit kambing
maupun kerbau . Proses
pembuatannya pun cukup lama, mulai dari direndam lalu digosok lalu dibentangkan
supaya tidak kusut kemudian dibersihkan bulu-bulunya. Setelah itu akan diukir
atau nama lainnya tatah sungging dimana wayang akan dibentuk karakternya mulai
dari warna sampai ornamennya.
b) Gamelan
Yaitu seperangkat alat musik
perkusi dan petik serta gesek yang mengiringi pagelaran wayang. Jumlahnya
sangat banyak. Gamelan dimainkan secara bersama-sama membentuk alunan musik
yang biasa disebut gending. Dimana gamelan mempunyai peranan sebagai roh
ataupun sesuatu yang memberi nyawa pada sebuah pertunjukan wayang.
c)
Kelir
Layar lebar
yang digunakan pada pertunjukan wayang kulit yang biasanya berwarna putih bersih.
d) Debog
Yaitu batang pisang yang
digunakan untuk menancapkan wayang. Baik yang dimainkan maupun yang yang
dipamerkan (display).Dimana
tatanan wayang yang berda di kanan maupun di kiri semuanya ada aturannya.
e)
Blencong
Yaitu lampu
minyak (minyak kelapa ataupun
minyak klentik) yang khusus digunakan dalam
pertunjukan wayang kulit. Oleh karenanya seorang penyimping ( pembantu dalang )
harus mewaspadai keadaan sumbu blencong tersebut
manakala meredup, atau bahkan mati sama sekali. Kalaupun lampu penerangan untuk
dalang pada masa sekarang sudah menggunakan listrik, sesungguhnya ada fungsi
dasar yang hilang atau dihilangkan dari penggunaan blencong tersebut.
Oleh karena blencong adalah lampu minyak, maka apinya akan bergoyang
manakala ada gerakan-gerakan wayang, terlebih pada waktu perang yang
digerakkan oleh ki dalang. Ada kesan bahwa ayunan api (kumlebeting agni)
dari blencong itu seolah-olah memberikan nafas dan menghidupkan wayang
itu sendiri.
f)
Kotak Wayang
Kotak wayang berukuran
1,5 meter kali 2,5 meter ini akan merupakan tempat menyimpan peralatan dalang juga sebagai ‘keprak’,
sekaligus tempat menggantungkan ‘kepyak’. Dari kotak tempat menyimpan
wayang ini juga akan dikeluarkan wayang, baik yang akan ditampilkan maupun yang
akan dijajar.
Kotak akan ditaruh di
dekat dalang, di sebelah kiri.
Ada sebuah kepyak juga disamping
dalang. Keprak berada di kotak yang dipukul dengan cempala.
Keprak adalah suara dhodhogan sebagai tanda, disebut sasmita, dengan
jenis tertentu diwujudkan pemukulan pada kotak dengan menggunakan cempala.
Sementara pada kepyak, berupa tiga atau empat lempengan logam
(kuningan/gangsa atau besi) yang digantungkan pada kotak, juga dipukul dengan cempala,
dalam bentuk tanda tertentu, juga sebagai sasmita atau tanda-tanda untuk – selain
mengatur perubahan adegan merubah, mempercepat, memperlambat, sirep,
menghentikan atau mengganti lagu (gendhing).
g) Cempala
Pada
saat ke dua tangan dalang sedang memegang wayang dan ini yang unik,maka tugas
untuk membunyikan keprak maupun kepyak, dengan tetap menggunakan cempala,
dilakukan oleh kaki kanan ki dalang. Memukul kotak dengan cempala. Ki Dalang
dapat memilih berbagai kemungkinan pembangun suasana dengan dhodhogan,
seperti ada-ada, pathetan, kombangan. Dapat pula sebagai perintah kepada
karawitan untuk mengawali, merubah, sirep, gesang atau menghentikan gamelan.
Juga dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi adegan, seperti suara kaki
kuda, suara peperangan dan lain-lain. Artinya, ketika ke dua belah tangan ki
dalang sedang memainkan wayang, maka keprak atau kepyak dapat
juga berbunyi. Suatu keprigelan yang jarang dapat dilihat oleh para
penonton wayang, karena biasanya ia sedang asyik mengikuti adegan yang
ditampilkan di kelir (layar).
h) Dalang
Yaitu sutradara,
pemain, artis, serta tokoh sentral dari suatu pertunjukan wayang. Tanpa dalang,
maka pertunjukan wayang itu tidak ada. Apalagi dalang pada pertunjukan wayang
kulit. Komunikasi antara dalang dengan unit pendukung, perlengkapan dan
peralatan pertunjukan wayang merupakan komunikasi yang unik. Dimana Dalang selain bercerita
dengan berbagai gaya suara wayang juga akan bernyayi atau nembang jawa.
Terkadang bahasa jawa yang digunakan dalang adalah bahasa Jawa Kawi dimana saya
sendiri juga kurang memahami. Ini makhlum saja dikarenakan bahasa kawi hanya
digunakan untuk sebagian sastra jawa, upacara keagamaan, pernikahan, bahkan bahasa
di Keraton.
i) Penyimping
Adalah orang yang membantu
dalang dalam menyiapkan wayang yang di jajar (disimping) pada debog
(simpingan) dan juga semua keperluan dalang misal hal makanan.
j)
Niyaga
Adalah orang yang bertugas
memainkan gamelan. Penabuh gamelan diharuskan memahami isi cerita/lakon wayang
dan gendhing yang dimainkan serta mampu menyelaraskan dengan lakon cerita
wayang.
k) Waranggana
Yaitu penyanyi wanita dalam seni
karawitan yang dimainkan dalam pagelaran wayang kulit.
Pengelompokan wayang
sendiri dapat dikelompokkan menjadi beberapa , antara lain :
1.
Keluarga
Pandawa, dengan beberapa filosofi yang dapat kita ambil dari nama Pandawa :
a)
Puntadewa
Adalah saudara tertua
yang berarti juga tingkatan tertinggi atau manusia yang telah menjadi insan
kamil atau khalifah Tuhan untuk alam ini yaitu manusia yang telah menduduki
fungsinya sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk lain sehingga
ditunjuk Tuhan sebagai wakil yang memelihara alam ini. Puntadewa diceritakan
berdarah putih dan raja yang tidak bermahkota.
b)
Werkudara
Werku berarti
menahan, mengendalikan, atau mengatur dan udara berarti nafas. Werkudara dapat
diartikan sebagai suatu proses pengendalian nafas. Atau pengendalian hidup
karena inti dari hidup adalah nafas.
c)
Arjuna
( Janaka )
Arjuna adalah kakak
Nakula. Harjuna berasal dari kata Her yang berarti air bening atau wening atau
wingit atau ghaib. Dan Jun yang berarti tempat. Arjuna dapat simpulkan sebagai
keadaan batin manusia yang telah dapat menjadi tenang, hening, dan bijaksana.
Pada posisi ini manusia telah sadar akan hakekatnya sebagai makhuk hidup yang
sempurna sehingga tindak tanduknya selalu disertai dengan
pertimbangan-pertimbangan dan kebijaksanaan.
d)
Nakula
Nakula adalah kakak
dari Sadewa. Nakula mengandung makna saya. Kula dalam bahasa jawa berarti saya,
akan tetapi bahasa yang santun dan rendah hati. Ini berarti kelakuan dalam diri
manusia yang tadinya merasa paling, kini telah berubah setingkat lebih luhur
sehingga menjadi sifat kesadaran manusia yang merasa dirinya kecil dan masih
ada yang lebih diatasnya.
e)
Sadewa
Sadewa
adalah Pandawa bersaudara yang paling kecil. Sadewa mengandung makna filosofi
sifat menyerupai dewa. Hal ini mengandung makna bahwa kita sebagai manusia
paling banyak berada dalam kondisi merasa bisa, merasa paling, merasa unggul
sehingga terkadang dari keadaan tersebut memunculkan sifat sombong, ingin
dihormati, dan sejenisnya. Sifat ini sangat manusiawi. Posisi sifat batin
manusia dalam tingkatan Sadewa merupakan posisi terendah.
Putra pandawa:
Pancawala, Gatotkaca, Antareja, Antasena, Sasikirana, Abimanyu, Wisanggeni,
Priyambada, Irawan, Parikesit.
2.
Keluarga
Dwarawati
Setyaki, Setyaka, Udawa, Samba, dan Kresna.
3.
Keluarga
Kurawa, berjumlah 100 orang. Diantaranya :
|
Duryudana |
Durna, Duryudana, Dursasana, Durmagati, dsb.
4.
Keluarga
Mandura
Basukunti, Basudewa, Bismaka, Satyajit, dan Baladewa.
5.
Para
Dewa
|
Sang Hayang Wenang |
Brama, Indra, Narada, Bathara Guru, Sang Hyang Wenang,
Basuki, Surya, Kamajaya, Wisnu, Bayu, Kala, Yamadipati, Aswan, Antaboga,
Asmara.
6.
Para
Resi / Begawan
Manumayasa, Palarasa, Abiyasa, Mintaraga,Bisma, Wisrawa,
Subali, dan Sukanda.
7.
Punakawan,
Beberapa filosofi punakawan tterhada hidup kita :
a.
Semar
Semar yang berarti
samar yang bertugas momong atau mengasuh pribadi kita. Dalam kepercayaan jawa,
juga dalam Al Quran disebutkan bahwa setiap manusia ada yang momong atau
membimbing yang bersifat ghaib, maka Semar dilambangkan dengan laki-laki tetapi
seperti perempuan, akan tetapi bukan banci, yang merupakan simbol dari sifat
samar atau ghaib. Semar mempunyai kuncung yang menghadap ke atas, yang
merupakan simbol ketuhanan. Semar bersifat ghaib tetapi bukan Tuhan, dia hanya
wakil Tuhan yang ghaib serta ditugaskan untuk ngemong atau membimbing setiap
manusia.
b.
Petruk
Petruk yang mempunyai makna papat (empat) ruh atau
batin yakni ruhiah, siriah, nuriah, dan aluwiyah, maka digambarkan Petruk
berhidung besar dan panjang dan dijuluki juga Petruk kantong bolong. Hidung
besar dan panjang merupakan simbol manusia yang selalu berhati – hati dalam
setiap nafasnya baik bersikap, berpikir, dan bertingkah laku. Kantong bolong
adalah simbol manusia sebagai tempat yang selalu kurang.
c.
Nala Gareng
Nala berarti hati. Gareng berarti kering.Nala
Gareng adalah simbol dari sifat hati yang kering yang tidak berburuk sangka,
selalu khusnudhon. Gareng di simbolkan mempunyai kaki yang pincang tangan yang
ceko/cacat dan mata juling artinya setiap akan melangkah manusia hendaklah
menimbang terlebih dahulu seperti berhati – hatinya jalannya orang yang cacat,
begitu juga ketika akan memberi dan menerima baik hal yang bersifat materi
maupun spiritual harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati seperti geraknya
tangan orang yang cacat. Mata juling adalah simbol penglihatan. Manusia harus
dengan cermat melihat dan menilai sesuatu karena terkadang apa yang terlihat
tidak sesuai dengan fakta lahir ( ada maksud dan tujuan yang tersembunyi )
sehingga kita harus benar-benar cermat seperti melihatnya mata orang yang
juling yang kadang tidak sesuai dengan arah yg dilihat.
d.
Bagong
Adalah simbol sifat
pemalas dan tidak akan berbuat jika tidak disuruh terlebih dahulu. Bagong
merupakan gambaran sikap dari diri kita yang telah menjadi Pandawa yang akan
melaksanakan sesuatu setelah benar-benar kita perhitungkan terlebih dahulu,
maka apabila kita belum mendapatkan kemantapan terhadap suatu hal, kita belum akan
melaksanakan hal tersebut.
8.
Keluarga
Mandaraka
Buriswa, Tuhayata, Rukmata, Salya.
9.
Keluarga
Wirata
Matswapati, Seta, Utara, Wratsangka dan Nirbita.
10.
Keluarga
Pancawati
|
Shinta |
|
Anoman |
|
Rama Wijaya |
Rama Wijaya, Lesmana Widagdo, Subali, Anggada, Anila,
Anoman, Kapi Prajoka, Kapi Sempati, Kapi Naga, Sukasalya, Priti, Kekayi,
Kawakwa, Shinta.
11.
Para
Wanita Buta atau raksasa
Kenyawandu, Arimbi, Raseksi, Serpakenaka, dan Bethari Durga.
12.
Keluarga
Alengka
Indrajit, Gunawan Wibisono, Kumbakarna, Dasamuka, Trimurda,
Trisirah, Trinetra, Prahastha.
13.
Keluarga
Pringgodani
Brajalamatan, Brajadenta, Kalabendana, Arimba.
14.
Wayang
Perempuan Lainnya
Nagagini, Dewi Sri, Kumaratih, Anggraeni, Sukesi,
Durgandini, Gendari, Madrim, Kunti, Drupadi, Rukmini,Larasati,SrikandiDyah
Utari, Palupi, Sawitri, dsb.
15.
Raseksa
atau rasaksa tanah sebrang
Buto Rmbut Geni, Buto Terong, Buto Cakil.
|
Buto Terong |
|
Buto Rambut Geni |
|
Buto Cakil |
16.
Para
Emban
Limbuk dan Cangik
|
Cangik |
|
Limbuk |
17.
Abdi
Raseksa
Sarawita dan Togog
|
Togog |
Beberapa
gaman ataupun senjata yang terkenal dalam pewayanan antara lain :
a)
Trisula
b)
Candrasa
c)
Senjata
Cakra
d)
Gada
Rujakpolo
e)
Sarotama
(Dadali)
f)
Pasopati
g)
Kyai
Polanggeni
Berbicara tentang
dunia pewayangan sendiri tidak akan pernah lepas dari seperangkat gamelan. Dimana gamelan adalah
roh ataupun yang memberi hidup suatu pementasan wayang kulit bahkan sebuah
tarian tradisional sekalipun. Seni gamelan sering juga disebut dengan
Karawitan. Nadanya menggunakan dua laras atau nada yaitu :
a. Laras
Slendro
Sistem urutan nada-nada yang terdiri dari lima nada dalam satu gembyang
dengan pola jarak yang hampir sama rata. Sedangkan laras ( nada-nada )
yang digunakan dalam laras slendro adalah:
1. Penunggul, atau
sering juga disebut barang, diberi simbol 1(angka arab satu), dan dibaca siji
atau ji.
2. Gulu atau
jangga , diberi simbol 2 (angka arab dua), dibaca loro atau disingkat ro
3. Dhodho, atau
jaja atau tengah, diberi simbol 3 dan dibaca telu atau dibaca singkat lu.
4. Lima, diberi
simbol 5 (angka arab lima ), dibaca lima , atau mo sebagai bacaan singkatnya.
5. Nem,
diberisimbol 6 (angka arab enam), dibaca nem.
Selain lima nada pokok tersebut juga sering disebut beberapa nama laras atau
nada , seperti:
1. Barang, yaitu
nada gembyangan dari penungggul, diberi simbol 1(angka arab satu dengan titik
diatas angka), dibaca ji atau siji.
2. Manis, yaitu
nada gembyangan gulu, diberi simbol angka 2 ( angka arab dua dengan titik
diatas). Manis hanya digunakan untuk laras kenong dan kempul.
b. Laras Pelog.
Sistem urutan
nada-nada yang terdiri dari lima nada (atau tujuh) nada dalam satu gembyang
dengan menggunakan satu pola jarak nada yang tidak sama rata, yaitu tiga (atau
lima) jarak dekat dan dua jauh.
Perangkat Gamelan
Dalam seni karawitan terdapat berbagai
jenis perangkat gamelan yang di bedakan menurut jenis,jumlah dan fungsinya di
masyarakat yang sejak dulu dan sampai sekarang masih dilestarikan antara lain:
1. Gamelan Kodhok Ngorek
Gamelan ini hanya dimiliki oleh
kalangan keraton dan masyarakat umum tidak dibenarkan memiliki perangkat
gamelan sejenis gamelan ini biasanya digunakan untuk:
- Hajatan atau
peristiwa perningkahan (temu penganten)
- Upacara(grebeg
puasa,bakda,mulud)
- Tanda atau
berita tentang adannya kelahiran bayi perempuan
Berikut ini
komposisi gamelan Kodhok Ngorek:
- Sepasang kendang
alit dan kendang ageng
- Satu atau dua rancak
bonang yang terdiri dari delapan pencon
- Satu rancak
rijal yang terdiri dari delapan pencon
- Dua buah gong
- Sepasang
penontong
- Sepasang rojeh
- Sepasang kenong
- Serancak kecer
- Serancak gender
barung
- Serancak gambang
gangsa
Repertoar gending
yang biasanya digunakan dalam perangkat gamelan ini ,yaitu Dhendha santi,
pedaringan kebak dan Dhendha gedhe. Kebanyakan orang menyebut bahwa gamelan
kodhok ngorek adalah gamelan dua nada dan berlaras pelog. Adapun lagu pokok
kodhok ngorek yang terdapat pada gamelan ageng adalah sebagai berikut:
7.76 7.76 7.76
7.76 untuk gamelan tumbuk nem
6.65 6.65 6.65 6.65 untuk gamelan tumbuk lima
Gendhing ini
disajikan dari irama seseg (cepat),kemudian tamban atau dados (lambat) kembali
lagi keseseg lalu suwuk (selesai)
2. Gamelan
Monggang
Gamelan ini
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari gamelan kodhok ngorek, walaupun dari
segi umur gamelan ini lebih muda. Kedudukan ini dicapai karena fungsi dan
perannya yang lebih banyak dan lebih penting (tinggi). Fungsi perangkat gamelan
ini antara lain:
-Memberi tanda
pada berbagai upacara(penobatan,jumenengan raja)
-Mengiringi
gunungan pada berbagai upacara grebeg
-Menengarai
berbagai peristiwa penting
-Mengiringi
adon-adon (aduan,sabungan)
-Mengiringi
latihan perang
-Menengarai bayi
laki-laki dari keluarga raja
-Menengarai
kemangkatan(meninggalnya raja)
Gamelan Monggang
memiliki komposisi ricikan sebagai berikut:
-Serancak bonang
yang terdiri dari empat bagian
-Satu atau lebih
rancak bonang.berisi enam pencon yang terdiri tiga nada
-Tiga rancak kecer
-Satu gayor
penonthong terdiri dari dua pencon yang larasnya berbeda
-Sepasang kendang
-Sepasang gong
ageng
-Sepasang
rancak kenong (japan)
Gamelan monggang
juga disebut dengan gamelan patigan, artinya gamelan yang memiliki tiga nada
pokok. Gamelan ini juga berlaras pelog dan slendro, adapun pola tabuhannya
sebagai berikut:
1615 / 3231 / 2726
Nada pertama
adalah dua nada diatas seleh
Nada kedua adalah
satu nada diatas seleh
Nada ketiga adalah
nada seleh
Gendhing ini
disajikan dari irama seseg (cepat), kemudian tamban atau dados (lambat) kembali
lagi keseseg lalu suwuk (selesai).
3. Gamelan
Carabalen
Gamelan Carabalen
adalah gamelan dari jenis pakumartan, yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat
atau lembaga diluar keraton. Gamelan ini memiliki fungsi yang pasti, yaitu
untuk menghormati kedatangan para tamu. Gamelan ini memiliki komposisi ricikan
sebagai berikut:
- Sepasang kendang
(lanang dan wadon)
- Satu rancak
gambyong (terdiri dari empat pencon bonang)
- Satu rancak
bonang yang berfungsi sebagai klenang dan kenut
- Sebuah penontong
- Sebuah kenong
(japan)
- Sebuah kempul
dan gang dalam satu gayor
Gamelan ini
memiliki empat nada pokok dan memiliki lebih dari satu gendhing pada
repertoarnya. gendhing-gendhing tersebut antara lain:
Gong adalah salah satu alat musik gamelan yang terbuat dari perunggu dan
termasuk gamelan berpencu. Gong dimainkan dengan cara dipukul. Gong diletakan
denga cara menggantung, karena bentuknya yang sangat besar. Fungsinya adalah
untuk memberi tanda berakhirnya sebuah gatra dan juga untuk menandai mulainya
dan berakhirnya gendhing.
Gong memiliki bentuk paling besar sehingga memiliki suara paling rendah di
antara instrument gamelan lainya. Gong merupakan instrument yang paling
dihargai dari semua instrument gamelan karena dianggap sebagai jiwa gamelan.
Gong dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
Besarnya di antara kempul dan gong gedhe (besar).